Langsung ke konten utama

Ternyata dengan Instalasi Bambu Dapat Ciptakan Wisata Hutan Kota

Ciptakan Wisata Hutan Kota dengan Instalasi Bambu

    Dua hal yang mendasari dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang di ketuai Prof.Dr.Ir. Erni Setyowati, MT dari department Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro di kelurahan Gondoriyo-Ngaliyan,  yaitu pertama adanya eskplorasi potensi local dan kedua adalah potensi SDM dari department Arsitektur. Kegiatan yang berjudul “Desain dan Workshop Pembuatan Food Court dengan material Bambu di Desa Wisata Salam Kerep Kecamatan Ngaliyan Semarang”. Kegiatan ini berangggotakan Dr.Ir. Eddy Prianto, CER,DEA (ketua laboratorium Teknologi Bangunan), Prof.Dr.Ir. Edi Purwanto, MT (ketua laboratorium Lingkungan Binaan), Dr.Ir Djoko Indrosaptono, Dr.Ir. Budi Sudarwanto, MT, MT dan Ir Dhanoe Iswanto, MT (Laboratorium Perancangan Arsitektur) serta tak kalah pentingnya keterlibatan HMA (Himpunan Mahasiswa Arsitektur) yang telah beberapa tahun ini berkiprah secara volunteer dalam mengkaji dan merumuskan bersama-sama masyarakat setempat dalam menciptakan desa Wisata Hutan (alas) ini.

    Kelurahan Gondoriyo Ngaliyan ini, terletak dalam area perkebunan Jati milik PT Perhutani, yang terletak disebelah Barat Daya dari pusat keramaian kota Semarang, yang dikelilingi beberapa potensi obyek wisata yang telah eksis dikenal masyarakat seperti air terjun Gondoriyo, beberapa tahun ini telah tergugah untuk tampil menciptakan jati dirinya sebagai salah satu obyek wisata. Lokus berupa hutan jati inilah yang menjadi tematik wisata hutan alam untuk kota Semarang secara umum. Beberapa potensi produk home industry telah marak berkembang pesat dibeberapa tahun ini, kata bapak Rudi (Ketua RW 3 kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan). Ditambah dengan partisipasi kelompok kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diketuai bapak Agung. Itulah Selayang pandang dari potensi local yang ada pada desa ini, ungkap Prof.Dr.Ir. Edi Purwanto, MT.

    Workshop instalasi bamboo dilanjut pelatihan hingga praktek membuat beberapa shelter Food Court telah dikemas dan diadakan diawal tahun 2020 ini. Siang dan malam bahkan dalam suasana hujanpun tak menyurutkan semangat tim dan warga desa terjun secara estafet membuat instalasi bamboo ini. Hal ini dilatarbelakangi keinginan kuat warga dalam rangka mempercepat terciptanya salah satu element terbentuknya aktifitas kuliner wisata Sobo Alas ini. Beberapa catatan dari Ketua Laboratorium Teknologi Bangunan, Eddy Prianto, bahwa ada 4 (empat) hal pinsip dalam instalasi bamboo ini: Pertama bahwa material bamboo ini bias lebih kuat dari pada tulangan besi beton, hal ini terbukti kini banyak plesteran (cor-coran) untuk area terbuka seperti area parkir, bahkan cor-coran jalan setapak yang awalnya dibuat dari cor beton bertulang- kini tulangannya diganti dengan bilahan bamboo. Kedua, Bambu ini akan kuat bila ditempatkan pada tempatnya. Artinya posisikan material bamboo ini secara tegas (tidak plin plan), tamanlah dalam laposan cor seutuhnya, rendamlah dalam air seutuhnya atau taruhlah ‘diatas angin’ seutuhnya. Karena bilamana dilakukan setengah-setengah, maka hal ini akan mempercepat proses pelapukan dan disinyalkir olehnya, bahwa sayangnya banyak orang/ diantara kita tidak sadar melakukan hal seperti ini.

    Untuk itu pada kesempatan ini, diingatkan oleh team bahwa penempatan shelter food court ini harus diletakan diatas umpak (batu/ pondasi setempat). Ketiga, kini seni konstruksi bamboo tidak sebatas di ikat dan di coak pada batang-batang bamboo yang lurus, tapi instalasi/ konstruksi bambu ini bisa juga dibuat bentuk melengkung, letter S bahkan hingga bentuk melingkar. Dan yang terakhir, Keempat bahwa element pengikat bamboo (dari pasak, tali ataupun ijuk) kini fungsinya bukan lagi sebagai element utama pada sambungan bamboo, sejauh kita telah tepat dalam memperlakukan karakter alami material batang bamboo ini. Bahkan kini trend yang ada sekarang, element tali-talian dari ijuk telah bergeser sebagai bagian dekorasi/penghias instalai sambungan bamboo.

    Kegiatan ini dan kegiatan disini, belum berakhir, keberlanjutan dan eksplorasi dalam pengaplikasian ranah kearsitekturan secara khusus dan disiplin ilmu lainnya secara umum dari Universitas Diponegoro, masih dan selalu ditunggu oleh masyakat Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Kelanggengan kegiatan akan membuktikan tingkat partisipasi/ pemberdayaan masyarakat ungkap Prof. Erni sebagai penutup.

 

Sources: https://www.undip.ac.id/post/13994/ciptakan-wisata-hutan-kota-dengan-instalasi-bambu.html




Find me on LinkedIn Instagram Facebook Twitter Youtube Channel


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tes TOEFL di Service English Unit SEU UNDIP

Demi prepare wisuda yang secepatnya akan saya lalui (InsyaAllah, Amin!) saya mulai mempersiapkan persyaratan yang harus saya penuhi. Salah satunya harus memegang sertifikat TOEFL. Di Universitas Diponegoro atau UNDIP wajib hukumnya! Tentang tes TOEFL Untuk jenjang magister di UNDIP skor minimal 500. Skor ini termasuk biasa saja. Mengingat Undip masuk top 5 PTN di Indonesia. Mengutip dari wikipedia  skor penilaian TOEFL minimum 310 dan maksimum 677 untuk model Paper Based Test. Oh iya, masa berlaku sertifikatnya setahu saya satu (1) s/d dua (2) tahun setelah diterbitkan. Setelah lewat tahun tersebut harus melaksanakan tes ulang. Sertifikat yang diterima saat wisuda HANYA boleh dari SEU Undip . Apa itu SEU Undip? Service English Unit ini suatu lembaga yang berada di Fakultas Ilmu Budaya Undip. Lembaga ini menyediakan fasilitas Tes TOEFL beserta kursusnya. Mahasiswa bisa memilih   tes-nya saja ataupun mengikuti kursusnya terlebih dahulu. Cara Mendaftarkan diri untuk Tes...

Asap Cair Tempurung Kelapa Jadi Inovasi Penutup Luka

Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengembangkan penutup luka artifisial berbentuk hidrogel dari asap cair dan sawi triwis. Pemilihan hidrogel dipilih sebagai  penutup luka primer karena bersifat transparan, lembut, fleksibel dan tidak mengiritasi luka dengan penggunaan global tertinggi mencapai 43% dibanding penutup luka jenis lainnya. Ketiga mahasiswa Undip tersebut adalah Andi Alif Sutadi Saputra (S1-Kedokteran Gigi FK 2016), Eti Kusuma Ramadhani (S1-Kimia FSM 2015), dan Turmala Dewi (S1-Ilmu Gizi FK 2015) yang bergabung dalam tim PKM Penelitian Eksakta dibawah bimbingan Dosen Kedokteran Gigi FK Undip drg Gunawan Wibisono MSi Med. Penutup luka ini tidak reaktif dengan jaringan kulit yang dapat digunakan untuk luka dengan eksudat sedang-minimal dan luka kering. Basis hidrogel yang digunakan adalah polivinil alcohol, kitosan dan pati. Pemilihan ketiga bahan tersebut karena merupakan polimer yang mampu menghasilkan membran dengan karakteristik terbaik. Kemudia...

Menguak Sosok di Balik Hebohnya Robot Wisudawan UNDIP

  Hadirnya robot mewakili wisudawan dalam prosesi Wisuda ke-159 Universitas Diponegoro (Undip) menjadi perbincangan banyak kalangan. Puluhan media massa memberitakan peristiwa yang berpusat di Gedung Prof Soedarto SH Tembalang Semarang. Ada yang memuji, ada pula yang mempertanyakan rangkaian peristiwa yang terjadi selama empat hari mulai Senin 27 Juli sampai Kamis 30 Juli 2020. Maklumlah, ada 2.561 wisudawan serta keluarganya yang tidak bisa mendapatkan kesempatan hadir secara fisik di acara yang membanggakan itu. Terlepas dari pro dan kontra yang mewarnai setiap peristiwa baru, banyak yang tidak tahu siapa sosok di balik munculnya kreasi robot wisudawan Undip yang foto dan videonya terpampang dimana-mana. Juga tak banyak yang tahu, waktu penyiapan robot wisudawan Undip sangat terbatas. Siapa di balik semua itu? Pada mulanya adalah kegelisahan Rektor Undip, Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum, yang merasa sangat prihatin dengan pandemi COVID-19 sehingga semua kegiatan yang meliba...