Hadirnya
robot mewakili wisudawan dalam prosesi Wisuda ke-159 Universitas Diponegoro
(Undip) menjadi perbincangan banyak kalangan. Puluhan media massa memberitakan
peristiwa yang berpusat di Gedung Prof Soedarto SH Tembalang Semarang.
Ada
yang memuji, ada pula yang mempertanyakan rangkaian peristiwa yang terjadi
selama empat hari mulai Senin 27 Juli sampai Kamis 30 Juli 2020. Maklumlah, ada
2.561 wisudawan serta keluarganya yang tidak bisa mendapatkan kesempatan hadir
secara fisik di acara yang membanggakan itu.
Terlepas
dari pro dan kontra yang mewarnai setiap peristiwa baru, banyak yang tidak tahu
siapa sosok di balik munculnya kreasi robot wisudawan Undip yang foto dan videonya
terpampang dimana-mana. Juga tak banyak yang tahu, waktu penyiapan robot
wisudawan Undip sangat terbatas.
Siapa
di balik semua itu? Pada mulanya adalah kegelisahan Rektor Undip, Prof Dr Yos
Johan Utama SH MHum, yang merasa sangat prihatin dengan pandemi COVID-19
sehingga semua kegiatan yang melibatkan orang banyak termasuk di dalam kampus,
dilarang. Kuliah pun dilakukan secara daring, begitu juga tradisi pengukuhan
lulusan perguruan tinggi yang sudah membudaya: Wisuda.
Ya,
wisuda bukan saja momentum yang ditunggu mahasiswa yang lulus pendidikan; para anggota
keluarganya, juga civitas academica sudah menjadikannya sebagai acara penting
yang menarik dihadiri. Rasanya ada sesuatu yang hilang kalau momentum
pengukuhan lulusan tidak ditandai dengan acara wisuda. “Coba kita pikirkan bagaimana
supaya wisuda tetap bisa berlangsung tanpa melanggar ketentuan pemerintah,”
kata Prof Yos, menjelang pelaksanaan wisuda ke-158 Undip yang dijadwalkan
berlangsung selama tiga hari mulai Selasa (16/6/2020) sampai Kamis (18/6/2020).
Kegelisahan
Rektor Undip sangat beralasan. Setelah wisuda ke-157 pada 28-30 Januari 2020 di
mana Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjadi salah satu wisudawan
program magister Fisip dengan predikat cumlaude, universitas tak mungkin menggelar
acara wisuda ke-158 seperti biasanya. Akhirnya, atas berbagai pertimbangan,
sejak berdiri tahun 1956 untuk pertama kalinya Undip menggelar wisuda tanpa
kehadiran secara fisik wisudawannya. Wisuda Virtual, Wisuda Daring atau Wisuda
Online, adalah seremoni yang memanfaatkan teknologi informasi. Secara teknis
tidak ada masalah berarti karena semua mahasiswa Undip di semua jenjang diberi
fasilitas aplikasi Microsoft Teams.
Meski
hampir semua perguruan tinggi sejak Maret 2020 melakukan wisuda secara online,
namun tetap terasa ada yang mengganjal. Sebagai perguruan tinggi berstatus
badan hukum negara, tidak ada kamus “melanggar” kebijakan pemerintah. Pilihan
wisuda secara online harus dilakukan. Kalau harus menunggu wabah corona reda,
tidak ada yang memberi kepastian.
Hal
lain yang menjadi perimbangan adalah perlunya merayakan momentum kelulusan,
yang jika tidak dilakukan sama saja dengan menggantung status mahasiwa yang
sudah menyelesaikan studinya. Pihak universitas sebenarnya menyadari, aka nada
pihak-pihak yang dikecewakan dengan keputusan itu. Tapi apa mau dikata? Benar,
Wisuda ke-158 digelar secara daring. Sebagai bentuk komitmen atas perubahan
ini, Undip mengirim uang konsumsi dan uang sewa toga kepada para wisudawan yang
harus puas mengikuti acara inagurasinya dari rumah atau tempat kos
masing-masing.
Atas
saran internal, juga melihat inovasi universitas di Jepang yang memakai robot
dalam acara wisudanya, saat memberikan sambutan di Wisuda ke-158 Rektor Undip
menjanjikan pada Wisuda ke-159 akan dipakai robot. Tujuannya: Tetap patuh
protokol kesehatan, membuat suasana wisuda menjadi lebih berwarna. Pernyataan
itupun dikutip banyak media massa.
Janji memakai robot wisudawan, dipenuhi pada Wisuda ke-159 Undip. Tiga robot
yang didesain mewakili profil wisudawan, tampil memeriahkan acara. Inovasi yang
dirancang Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI PT) Teknologi Kesehatan
Center for Bio Mechanics, Bio Material, Bio Mechatronics, and Bio Signal
Processing (CBIOM3S) Undip, hanya dikerjakan dalam waktu kurang dari satu
bulan. Pamakaian robot pada wisuda ke-159 Undip menjadi heboh karena hampir 100
media massa baik cetak, online, radio maupun TV memberitakannya. Dr Rifky Ismail ST MT, Kepala CBIOM3S Undip ini memang dikenal sebagai ahli
robot.
Beberapa
karya yang pernah dirancang di antaranya robot untuk pasien infeksius, tangan
bionik yang membantu pemakaianya bisa bekerja secara maksimal dan robot untuk
membantu therapy pijat pasien penderita penyakit tertentu. Saat ditemui di
sela-sela acara wisuda, Rifky menyebut ide awal robot wisudawan berasal dari
rektor dan wakil rektor. ‘’Cuma agak mendadak. Waktunya tak sampai satu bulan,
sementara ekspektasinya bagaimana robot bisa menjadi media interaktif. Biar ada
semacam komunikasi dua arah dengan para wisudawan,’’ ujar pengajar Fakultas
Teknik Mesin Undip ini.
Pria
lulusan program sarjana Undip dan meraih gelar doktor dari Twente University
Belanda ini berupaya keras agar interaksi seperti bersalaman, bisa terlihat
alami. “Ini tantangan berat, tapi alhamdulillah kami bisa mewujudkannya,”
ungkapnya. Yang pasti dia berterima pada pimpinan universitas khususnya rektor
dan para wakil rektor yang memberi kepercayaan dirinya untuk memimpin inovasi
ini. Dia juga mengapresiasi ketelatenan Plt Wakil Rektor 3 Bidang Komunikasi
dan Bisnis Dwi Cahyo Utomo SE, MA, PhD yang secara intens memantau perkembangan
tiap tahapan dalam proses pembuatan sampai pada ujicobanya. Meski Dwi Cahyo
seorang ekonom, dia banyak menyampaikan saran-saran teknis berdasarkan
pengalamannya di bidang teknologi informasi keuangan.
Dengan
sikap rendah hati Rifky mengakui robot wisudawan dalam kancah teknik sebenarnya
model yang sederhana saja. Namun waktu yang terbatas, menjadi tantangan
tersendiri. Dia mengapresiasi para anggopta tim yang mampu mewujudkan keinginan
pimpinan universitas mewujud nyata dengan waktu yang terbatas dan biaya yang
cukup efisien.
Untuk pembuatan tiga robot dengan sistem motor yang bisa dikendalikan dari
jarak jauh ini perkiraan biayanya antara 40 sampai 50 juta rupiah. “Saya tidak
tahu apakah itu murah atau mahal, yang pasti kami mempersiapkan segala
sesuatunya secara dengan baik dengan mengedepankan prinsip efisien,”tuturnya
Saat
dimintai tanggapannya, Dwi Cahyo menukas singkat. “Saya sekedar menterjemahkan
keinginan rektor yang tidak mungkin secara intens memantau progresnya. Karena
itu, saya harus memastikan gagasan itu terwujud baik dari sisi waktu maupun
ekspektasi lainnya,” tukas Dwi.
sources: https://www.undip.ac.id
https://www.undip.ac.id/post/15921/menguak-sosok-di-balik-hebohnya-robot-wisudawan-undip.html
Komentar
Posting Komentar